AD (728x60)

Featured Post (TOP)

Flickr Images

Contact Form

Name

Email *

Message *

Recent Posts

Sunday, August 3, 2014

Metamorfosis Bintang

Share & Comment


Oleh : Yeni Nuraeni

Bismillaahirrahmaanirrahiim...



Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? bintang yang cahayanya menembus. (QS.86 At-Thaariq:1-3)



Bintang-bintang neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai "pulsar." Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik . Double Pulsar Found," January 9, 2004. (www.atnf.csiro.au/news/press/double_pulsar/)

Bintang.....


Kalau memang saat itu para ilmuan sudah menemukan siklus bintang, maka saya yang bukan ilmuan ingin bercerita tentang Metamorfosis bintang.

Bicara metamorfosis biasanya kita bicara tentang kupu-kupu. Seperti yang kita tahu, kupu-kupu adalah salah satu hewan yang mengalami metamorfosis sempurna. Hewan lain yang juga bermetamorfosis sempurna adalah katak. Metamorfosis sempurna merupakan jenis perubahan hewan melalui 4 tahap pertumbuhan dan perubahan, yakni: Telur ---> Larva --> Pupa --> Dewasa. Metamorfosis ini disebut juga dengan istilah holometabola atau holometabolisme

Pada kupu-kupu, sebelum menjadi serangga cantik dan menawan, ia terlebih dahulu harus melalui serangkaian fase perubahan yang dimulai dari telur yang kemudian menetas dan menjadi larva. Pada umumnya larva tersebut, seiring perkembangannya, mengalami 4 transformasi warna mulai dari hitam dengan campuran warna kuning, kemudian kuning dengan campuran warna putih, kemudian selanjutnya menjadi telur dengan warna biru yang pekat dan terakhir menjadi warna hitam atau dan juga terkadang kuning. Proses perubahan warna telur ini dikenal dengan nama molting atau perubahan yang mencakup warna juga bentuk fisik.

Metamorfosis sempurna pada kupu-kupu kemudian berlanjut. Larva tersebut tak hanya mengalami perubahan warna tetapi juga perubahan bentuk fisik atau ukuran. Seiring pertumbuhannya larva tersebut akan semakin besar dan terus berkembang menjadi instar sebelum kemudian menjadi apa yang disebut dengan nama pupa. Pada tahapan pupa inilah proses pembentukan susunan kerangka hewan dewasa terjadi. Setelah beberapa saat maka pupa pun menjelma menjadi kupu-kupu cantik yang kita kenal selama ini. 

Pagi ini saya tidak melihat kupu-kupu, hanya ada suara kokok ayam yang dibalas oleh nyanyian merdu si burung. Namun membayangkannya saja sudah jelas sekali kecantikan si kupu-kupu ini. Subhanallaah metamorfosis kupu-kupu ini mengajarkan manusia bahwa segala sesuatu itu ada prosesnya, ada perjuangannya, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Kadang kita melewati hari dengan penuh kebahagiaan, canda tawa, dan suka cita. Namun di tengah itu semua, kadang kekecewaan menghampiri, rasa sakit ikut menyapa, bahkan tak jarang kesedihan ikut menemani. Begitu pula sang larva, yang selalu mengalami perubahan warna dalam fase hidupnya. Kita? Tentu harus siap dengan fase apapun yang harus kita lewati dalam proses ini. Kita siapa? Ya kamu Nie, saya, juga Yeni! Siapa lagi? Bukankah kita memang selalu bersama-sama melalui proses ini. Proses apa? Ya metamorfosis bintang. ???$%* 

Bintang....

Siang itu, dia sudah tidak mempedulikan terik matahari. Dia terus berjalan tanpa arah, tujuannya hanya satu, memberi surprise untuk Rani, sahabatnya. Sahabat yang sudah lama ia kenal melalui belasan surat yang selalu mereka kirimkan. Dan surat terakhir yang ia terima, yang telah mengantarkannya pada kota asing yang panas ini. Rani sakit, begitu isi surat yang membuat ia nekad menaiki bus antar kota dan naik angkot tanpa tahu dengan jelas kemana angkot itu akan membawanya. Yang penting naik saja dulu. Turun dari angkot, ia berjalan sambil memegang alamat Rani, namun ia semakin tak yakin dengan tujuannya. 

Di bawah terik matahari itu, ia menuju kotak bening raksasa, sebesar tubuh manusia. Di kotak raksasa itu ia menyerah, tak ada lagi surprise, karena ia buta dengan kota itu. Kota besar yang baru pertama kali ia jejaki. Iapun mengangkat gagang telepon itu dan memencet tombol angka dengan terburu-buru.

“Assalamualaikum Ran!”
“Wa’alaikumussalaam,” terdengar suara lemah di seberang sana.
“Kamu di mana? Saya sekarang ada di kotamu, tapi aku nemu alamat yang kamu tulis di surat!” ujar Nie.
“Maaf Nie, saya tidak bisa menemuimu sekarang” Rani menjawab dengan lemah.
Lho kenapa?” Nie terkejut mendengarnya. Hatinya remuk redam mendengar jawaban sahabatnya itu.  
Saya sakit Nie, sedang dalam perawatan dan tidak boleh bertemu siapa-siapa, hanya dokter dan perawat saja yang boleh menemui saya. Maaf.
Iya tapi saya ingin menengok kamu Ran. Saya jauh-jauh dari Ciamis hanya untuk menengokmu, tidak ada yang bisa saya temui di kota ini selain kamu Ran!” Airmatanya menetes mengakhiri kalimatnya tadi.
“Maafkan saya Nie, saya pun ingin bertemu, tapi tidak bisa. Begini saja, nanti ada kawan saya yang akan menemuimu kesana, tunggu saja di masjid alun-alun kota biar mudah kamu bertemu dia. Namanya Dewi. Sudah dulu ya, Nie… Hati-hati di jalan ya!” Tut.

Sambungan telepon itu diputus oleh Rani. Hati Nie semakin tak menentu. Perjalanan yang jauh ini seakan tak menemukan titik temu. Seseorang yang dirindui entah ada di mana. Padahal jelas-jelas ia sudah berada di kota sahabatnya itu. Namun ia turuti saja pesan Rani di telpon. ia melangkah menuju Masjid Agung yang berada di tengah alun-alun kota.

Nie membasahi wajahnya dengan air wudhu, bersujud pada Sang Maha Raja, yang menggenggam segala. Setelah usai memanjatkan doa panjangnya, iapun duduk dil uar. Memperhatikan satu persatu  pejalan kaki. Berharap Dewi adalah salah satu dari mereka. Namun bagaimana ia bisa mengenali Dewi? Bagaimana Dewi bisa mengenalinya? Dua insan muda itu bertemu saja belum pernah. Dia berpikir, kalau saja punya handphone seperti teman-teman sekelasnya, mungkin perjalanannya tidak akan serumit ini. Huft! ia mulai tidak sabar dan berpikir untuk mencari lagi kotak raksasa itu. Karena hanya itu yang dia andalkan sebagai alat komunikasi. Saat itu, ia belum menggenggam HP. Apalagi sekarang hampir semua orang memakai aplikasi BBM, di mana bisa tahu rupa orang lewat display picture. Kita juga bisa mengirimkan pesan dalam hitungan detik atau bahkan membuat status “menunggu di alun-alun”, atau “Dewi kamu dimana?”, dan berharap muncul notification dari BBM nya Dewi “otw masjid agung, ketemu di selasar kanan akhwat”.

“Assalamualaikum, ini Nie ya?” tiba-tiba ada suara lembut yang mengagetkannya. Seorang yang pembawaannya sangat kalem itu, yang kelak menjadi sobatnya, menemani salah satu fase metamorfosis itu.
“Waalaikumsalam, iya. Kamu Dewi, ya?” tanyanya penuh haru. Di tengah keterasingan ini, akhirnya hadir juga orang yang mungkin akan membawanya pada Rani.
Dewi pun mengulurkan tangan, mereka bersalaman dan berkenalan. Hangat sekali. Dewi pamit untuk shalat dzuhur terlebih dahulu.  

Nie duduk di selasar masjid, bersandar pada tembok yang dingin. Ini membuatnya sangat nyaman untuk sesaat melepas lelah setelah melalui perjalanan jauh. Hatinya sangat lega. Rasanya ia sudah sangat dekat dengan Rani sekarang. Ia sudah tidak sabar untuk menghibur Rani, agar segera sembuh dari sakitnya, walau ia belum tahu apa sakit yang diderita Rani.   
Dewi tampak berjalan ke arahnya.

“Ayo Nie mau saya antar jalan-jalan kemana?” tanya Dewi dengan antusias. Layaknya seorang guide berpengalaman yang mau mengantar turis keliling kota.
“Saya Cuma ingin diantar ke rumah Rani. Tolong antarkan saya, ya!jawab Nie dengan tegas.
“Tapi saat ini Rani tidak bisa ditemui, mungkin besok lusa. Bagaimana kalau sekarang kita jalan-jalan dan menginap di rumah saya?bujuk Dewi.
“Tidak mau! Saya kesini hanya untuk menemui Rani. Bagaimanapun caranya saya akan ke rumahnya Rani! jawab Nie sambil berlalu dari masjid. Ia terus saja berjalan tak tentu arah. Dewi paham kekecewaan teman barunya itu. Namun apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada. Selain terus mengejarnya dan membujuknya.

“Nie! Ayolah jangan bersikap seperti ini. Rani pasti sedih kalau tahu kamu begini. Ada saatnya untuk bertemu dia, tapi tidak sekarang. Rani sedang dalam perawatan. Dia tidak di rumah. Saya sendiri tidak tahu Rani dirawat di mana. Rani hanya berpesan agar saya nemenin kamu.” Dewi tetap sabar membujuk sambil berlari mengejarnya. Namun Nie tak peduli. Ia terus saja berjalan dan mempercepat langkahnya seolah tahu akan kemana ia melangkah.

Dewi memang sangat sabar menghadapi anak yang masih duduk di bangku SMA itu. Dia menghampiri Nie yang kini duduk di halte bis. Ia begitu keras pada pendiriannya. Tidak bisa sebentar saja mendengarkan orang lain. Dewi merangkul Nie yang kini sudah duduk berurai air mata. Sulit sekali ia menerima kenyataan, bahwa Rani sahabatnya itu memang tidak bisa ditemui. Ia semakin bertanya-tanya tentang kondisi sahabatnya itu. Ia lelah, ia putus asa. Tak ada yang ingin dia lakukan di kota itu selain bertemu Rani. Namun harapan itu seakan tertutup sudah. Seolah ia harus membuang keinginannya, walau jauh kaki berjalan, Rani tak akan ia temui jua. Tapi kenapa? Salahkah bila ia ingin menengok seseorang yang sakit? Tegakah Rani hingga tak ingin menemuinya sebentar saja.

“Rani... bukankah selama ini kamu ingin sekali saya berkunjung ke kotamu dan kita akan berkeliling kota bersama?” Hatinya berbisik dan airmatanya semakin deras. Dewi semakin erat menggenggam tangannya.
 
“Sabar Nie! Meskipun Nie sangat ingin ketemu Rani, tapi takdirnya belum bisa ketemu!” Dewi berkata lembut,
“sekarang coba lihat ke langit sana! Di sana ada banyak bintang. Milyaran jumlahnya. Sangat banyak, tak terhingga malah. Meskipun sekarang ia tak terlihat, tapi percayalah kalau ia ada. Sama dengan saudara,  meskipun sekarang tak terlihat tapi ia selalu ada, dalam doanya.  Meskipun di dunia ini tidak bisa bertemu tapi yakinlah di syurga nanti insya Allah akan bertemu. Nie, saudara itu amat banyak, meskipun belum kau lihat sekarang. Jadi bersabarlah!”  Dewi mengakhiri kalimatnya dengan menepuk-nepuk pelan punggung kawan yang baru beberapa jam ini ia temui. Nie semakin sesenggukan mendengar kalimat yang keluar dari Dewi itu. Ia terdiam. Tak mampu berkata apapun lagi. Ia pasrah sekarang. Ia mau ikut Dewi ke rumahnya. 

Sejak hari itu, ia punya definisi baru tentang Bintang. SAUDARA. Fase 1.



(2 Mei 2014)

Tags:

Written by

We are the second largest blogger templates author, providing you the most excellent and splendid themes for blogger cms. Our themes are highly professional and seo Optimized.

0 comments:

 
@2016 | Powered By Bintang Book Corner